Tuesday, September 18, 2012

Setoran Pajak dan Bea Cukai Capai Rp 615 Triliun dalam 8 Bulan

Jakarta - Kementerian Keuangan mencatat adanya penurunan penerimaan negara pada beberapa sektor perpajakan, seperti Pajak Penghasilan (PPh) karena adanya perlambatan ekonomi dunia.

Staf Ahli Penerimaan Negara Kemenkeu Robert Pakpahan menyebutkan, realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan Agustus 2012 mencapai 60,5% dari target APBN-P 2012 Rp 1.016 triliun atau Rp 615,1 triliun.

"Pertumbuhan penerimaan perpajakan mencapai 14,9% jika dibandingkan tahun lalu dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada PPN dan PPnBM. Namun, di sisi lain, ada perlambatan ekonomi global juga berdampak terhadap kinerja perpajakan," ujar Robert dalam Rapat dengan Komisi XI DPR yang diadakan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (18/9/2012).

Untuk realisasi PPh, Robert mengungkapkan realisasi penerimaan PPh per Agustus mencapai Rp 307,2 triliun atau meningkat 12,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sayangnya, untuk realisasi penerimaan PPh nonmigas pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan tahun lalu.

Hingga Agustus 2012, sektor PPh non migas ini mendapatkan Rp 255,7 triliun atau sekitar 57,4% dari target APBN-P 2012 sebesar Rp 445,7 triliun. Sementara, realisasi pada tahun lalu sebesar 63,4% dari target APBN-P 2011 Rp 366,7 triliun atau Rp 232,4 triliun.

"Faktor yang memengaruhi perlambatan pertumbuhan PDB, tahun lalu 6,5 persen sedangkan tahun ini 6,3 persen dalam satu semester. Kemudian perlambatan pertumbuhan pada PPh badan, khususnya sektor pertambangan, dan perlambatan pertumbuhan di sektor industri pengolahan dan sektor jasa keuangan yang dipicu penurunan kegiatan ekspor sebagai dampak perlambatan ekonomi dunia," papar Robert.

Robert menambahkan, realisasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Rp 204,3 triliun atau 60,8% dari target APBN-P 2012 sebesar Rp 336,1 triliun. Jumlah ini meningkat 29,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Pertumbuhan PPN Dalam Negeri 35,2 persen, PPN Impor 23,3 persen dipengaruhi upaya perbaikan mendasar pada sistem adminitrasi PPN, terjaganya perumbuhan tingkat konsumsi rumah tangga dan peningkatan konsumsi pemerintah, kenaikan ICP yang mendorong harga BBM/ Pertamax, dan tingginya impor disertai dengan melemahnya rupiah berpengaruh terhadap tingginya PPN Impor," jelasnya.

Robert menambahkan untuk realisasi penerimaan cukai per Agustus sudah mencapai 74,6% dari target sebesar Rp 83,3 triliun atau sekitar Rp 62,1 triliun.

"Penerimaan cukai terutama berasal dari cukai tembakau yang kontribusinya 95,6 persen, realisasinya mencapai Rp 59,4 triliun," jelasnya.

Sementara realisasi bea masuk sebesar 74,5% dari target sebesar Rp 24,7 triliun atau sekitar Rp 18,4 triliun. Untuk bea keluar, realisasinya sekitar 63,8% dari target Rp 23,2 triliun atau sekitar Rp 14,8 triliun.

"Bea masuk tinggi karena pertumbuhan impor 9,5 persen kumulatif semester I, dan depresiasi nilai tukar rupiah. Sedangkan bea keluar rendah karena rendahnya BK CPO dengan rata-rata harganya 16,9 persen, serta rendahnya penerimaan BK mineral dalam bentuk bijih," tandasnya.

Sumber: detikFinance

No comments:

Post a Comment