Friday, August 29, 2014

Di RAPBN 2015, Belanja Negara Tembus Rp 2.000 Triliun

Jakarta - Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendesain sedemikian rupa Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 agar Presiden baru leluasa memasukkan program-program prioritas sesuai visi dan misinya.

Rancangan fiskal tersebut, menurut Menteri Keuangan Chatib Basri, disusun dengan memperhatikan perkembangan ekonomi global dan perekonomian domestik yang terus mengalami perbaikan.

"Tapi kinerja masih di bawah perkiraan karena melihat realisasi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada kuartal I ini lebih rendah dari proyeksi akibat cuaca dingin yang ekstrem," katanya saat Konferensi Pers RAPBN 2015 dan Nota Keuangan di Kantor Ditjen Pajak, Jakarta, Jumat (15/8/2014).

Kondisi tersebut diperparah dengan melambatnya perekonomian di negara-negara berkembang karena proses rebalancing ekonomi China. Namun Chatib menjelaskan, potensi risiko masih ada dan perlu diwaspadai, khususnya terkait peningkatan risiko geopolitik yang dapat menyebabkan kenaikan harga minyak, perlambatan ekonomi Tiongkok dan normalisasi kebijakan The Fed.

"Sedangkan perkembangan ekonomi domestik di 2015 akan mendapat tantangan antara lain kondisi pasar keuangan di dalam negeri yang berfluktuasi dan ketidakseimbangan neraca pembayaran," ucap dia.

Ausmsi dasar ekonomi makro yang digunakan dalam RAPBN 2015, antara lain, pertumbuhan ekonomi 5,6 persen, inflasi 4,4 persen, suku bunga SPN 3 bulan 6,2 persen, kurs rupiah Rp 11.900 per dolar AS, harga minyak mentah Indonesia (ICP) US$ 105 per barel, lifting minyak mentah 845 ribu barel per hari dan listing gas bumi 1.248 ribu barel setara minyak per hari. "Asumsi pertumbuhan ekonomi ini sudah sangat realistis," lanjut Chatib.

Dengan basis tersebut, pendpaatan negara direncanakan mencapai Rp 1.762,3 triliun, sedangkan belanja negara Rp 2.019,9 triliun terdiri atas belanja pemerintah pusat Rp 1.379,9 triliun dan transfer daerah dan dana desa Rp 640 triliun. Sementara defisit anggaran Rp 257,6 triliun atau 2,32 persen terhadap PDB. Pendapatan negara terdiri dari penerimaan perpajakan Rp 1.370,9 triliun, PNBP Rp 388 triliun dan penerimaan hibah Rp 3,4 triliun.

Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chatib Basri mengatakan, RAPBN 2015 memiliki kekhususan karena disampaikan oleh pemerintahan SBY, namun pelaksanaannya untuk pemerintahan mendatang menunggu hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK).

"RAPBN ini bersifat baseline, tidak ada secara khusus dimasukkan dalam RAPBN 2015. Karena pemerintah SBY ingin memberikan keleluasaan sebesar-besarnya untuk melakukan perubahan terhadap rancangan ini, memasukkan program sesuai visi misinya," jelas CT.

Sementara terkait belanja negara yang tembus Rp 2.000 triliun, dia mengatakan hal ini sesuai dengan pendapatan negara yang terus meningkat setiap tahun. "Dalam 9 tahun APBN kita naik cukup signifikan karena penerimaan negara bertumbuh. Jadi anggaran negara lebih besar menjadi Rp 2.000 triliun supaya program pembangunan makin lebih banyak," tandasnya.

Sumber: Liputan6.com

No comments:

Post a Comment